Rabu, 03 September 2008

Tetap sehat & bugar saat berpuasa

Persoalan Konsumsi

Di pandang dari sudut gizi, seseorang yang berpuasa berarti tidak mendapat asupan gizi mulai dari terbit fajar hingga waktu maghrib. Padahal antara dua waktu tersebut aktivitas kita berada pada puncaknya, seperti bekerja, mengajar, atau menyopir dan sangat membutuhkan gizi sebagai energi. Jangan khawatir, gizi yang diperlukan untuk aktivitas di siang hari masih dapat dipenuhi di malam hari, saat berbuka, makan sahur dan diantara keduanya. Dalam beberapa penelitian, rata-rata orang yang berpuasa akan mengkonsumsi gizi +/- 70% dibandingkan saat tidak berpuasa. Hal ini berarti dalam setiap hari akan kehilangan energi sebanyak 30% selama berpuasa. Orang yang berpuasa diberi kelebihan tersendiri dibandingkan dengan yang tidak, yaitu organ tubuh dapat menyerap makanan menjadi lebih efektif, yaitu sebesar 85% bagi yang berpuasa dan hanya 35% bagi yang tidak berpuasa.

Tetap Menjaga Gizi Seimbang

Penerapan gizi seimbang dalam sajian menu asupan harus dilakukan tidak hanya pada bulan lain saja, tetapi juga pada bulan Ramadhan. Menu tersebut harus mengandung semua zat gizi yang diperlukan dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan dan terbebas dari pencemaran. Penerapan gizi yang dimaksud bukan berarti menghabiskan semua hidangan lengkap dalam satu waktu makan. Jika itu yang dilakukan badan bukan jadi sehat, justeru bisa menimbulkan sakit, akhirnya enggan untuk shalat tarawih dan ibadah lainnya. Yang benar adalah mengkonsumsi makanan yang beragam dengan menu seimbang secara bertahap mulai berbuka hingga makan sahur. Caranya, konsumsilah makanan yang banyak mengandung glukosa (gula sederhana) saat berbuka agar cepat memulihkan energi. Seperti 3 butir kurma dengan segelas jus mangga atau 1-3 sendok makan madu asli dengan segelas jus jambu biji. Kemudian sholat maghrib. Usai sholat maghrib sampai isya cukup mengkonsumsi makanan ringan, misalnya 2 potong risoles atau 2 potong nagasari. Baru setelah Isya dan sholat tarawih bisa menyantap sepiring nasi lengkap dengan sayur dan 1 potong tempe/tahu serta sekerat daging ayam/sapi atau sepotong ikan tongkol/ikan asin. Untuk memudahkan pengolahan makanan, menu pada waktu makan sahur dapat disamakan dengan waktu habis sholat isya, dengan catatan ada perbedaan dalam sajian sayur dan ditambah sedikit makan buah segar, dan jangan lupa untuk mengonsumsi madu asli sebanyak 1 sendok makan di akhir menu sahur. Dengan menerapkan gizi seimbang dalam sajian menu, Insya Allah akan memperoleh kebugaran sepanjang hari di bulan ramadhan. Akhirnya ibadah puasa pun menjadi sebuah kenikmatan tersendiri dan derajat ketakwaan pun dapat diraih.

Sumber : PKPU Magazine Vol.VIII / September 2007

Tetap Sehat Kala Berpuasa

JAKARTA – Bulan Suci Ramadan telah berjalan beberapa hari. Setiap umat muslim yang terpanggil untuk menjalankan perintah suci ini pun sebaiknya memperhatikan hal-hal penting lain yang bermanfaat di balik niatnya untuk menjalankan ibadah.
Menurut sebuah penulisan yang disinyalir dari sedap-sekejap.com, dibalik puasa, sebetulnya terjadi proses yang sungguh menyehatkan tubuh yaitu pembuangan racun-racun (detoksifikasi). Ini pula yang menjadi efek samping dari penurunan berat badan.
Puasa bukan saja berguna bagi orang yang berkelebihan berat badan. Tapi orang yang boleh jadi dibilang kurus pun penting menjalankan cara tersebut. Pasalnya, racun-racun di dalam tubuh bisa keluar dan tidak menumpuk yang kemudian bisa berubah menjadi penyakit.
Eskresi atau pembuangan sisa makanan yang natural misalnya melalui pori-pori kulit yang berwujud keringat atau dari sisa pencernaan, tidaklah cukup.
Pola makan, pola hidup dan pencemaran yang terjadi saat ini amat tidak mendukung kesehatan tubuh. Berpuasa bertujuan membuang racun-racun yang sudah menumpuk lama dalam tubuh sehingga tubuh pun menjadi benar-benar sehat. Hampir semua penyakit dapat dibantu kesembuhannya dengan cara berpuasa.

Jumlah dan Mutu Asupan
Cara berpuasa yang baik untuk hal kesehatan yakni tidak memasukkan asupan yang berlebihan terutama yang tidak menyehatkan. Dan mengurangi pemborosan energi hingga energi yang dihasilkan tubuh betul-betul untuk merontokkan semua racun.
Penghematan energi bisa dilakukan dengan puasa seperti cara kaum muslim menjalankannya yakni makan hanya selepas Maghrib hingga sebelum Subuh. Atau cara lain yakni hanya dengan mengkonsumsi buah dan sayuran saja. Bahkan ada yang lebih ekstrem lagi hanya minum air putih saja.
Tidaklah benar kalau selepas puasa, justru seseorang akan kembali melakukan pola makan sebelumnya. Caranya yakni dengan tidak memperhatikan jumlah serta mutu makanan tersebut. Asupan yang terlalu berlebihan setelah berbuka puasa menyebabkan proses pembuangan racun menjadi tidak sempurna.
Artikel berjudul ”Menuju Sehat dengan Detoksifikasi” dari sedap-sekejap.com juga menjelaskan bahwa proses pembuangan racun sebaiknya dilakukan paling tidak setahun sekali selama 30 hingga 40 hari, tergantung kondisi tubuh. Sebenarnya tubuh sendiri pun akan memberikan semacam indikator bilamana harus berpuasa.
Indikator tersebut muncul melalui berbagai gejala seperti: sering sakit kepala, asma, sinusitis dan mudah alergi. Di samping itu akan sering terjadi pula gejala seperti sering pilek, batuk, flu, kembung, mag, kulit berjerawat.
Belum lagi gejala lain yang menonjol semisal keputihan, napas dan keringat bau tak sedap serta kelebihan berat badan. Jika gejala-gejala tersebut sering muncul, itulah indikator saatnya menjalankan puasa untuk kesehatan.
Hanya perlu diperhatikan agar tidak terlalu memaksakan diri. Meski tubuh terasa kuat bukan berarti puasa harus diteruskan setelah menjalankannya 40 hari. Karena kemampuan tubuh menyediakan makanan atau sumber energi maksimum hanya bisa hingga 40 hari.
Selebihnya, tubuh akan kelaparan dan kekurangan energi. Menurut artikel di sedap-sekejap.com, tubuh akan menjadi tidak hanya sekedar kurus melainkan juga kering, keriput dan tak tahan terhadap penyakit.

Berbuka Puasa di Hotel Dusit Mangga Dua
Jika yang dipilih adalah berpuasa total, tidak makan dan minum selama beberapa jam, maka amatlah penting mengkonsumsi hidangan yang mengandung gula pada saat berbuka. Pasalnya, dengan melakukan hal ini maka stamina tubuh akan terdorong untuk kembali normal.
Karenanya, tidak jarang setiap orang berbuka puasa selama bulan Ramadan, rata-rata akan menikmati sajian tajil lebih dulu. Menu-menu ini pun tak pelak sampai dibahas khusus di media massa. Setiap orang akan mengemasnya sesuai selera. Ada yang senang memulainya dengan Kolak Pisang, Kolak Ubi, Bubur Mutiara dan Bubur Cendil. Adapula yang cenderung lebih memilih Bubur Sumsum, Biji Salak dan Bajigur.
Di Kafe Mangga Dua yang berlokasi di lantai satu Hotel Dusit Mangga Dua Jakarta, semua tajil tersebut disediakan mulai dari 27 Oktober hingga 24 November.
Selain itu masih ada tambahan tajil yang menarik lainnya yakni Colenak, Es Cendol, Sago Melon, Es Cincau dan Es Timun Suri. Hanya dengan Rp28.000 neto per orang, tajil dapat dinikmati sesuai keinginan. Siap untuk dihidangkan dari pukul 17.00 hingga 20.00 wib. Untuk pemesanan tempat dapat menghubungi pesawat 6128811 ekstension 82055.
Selain dapat menjalankan niat suci melalui ibadah puasa, ternyata dalam dunia kesehatan, puasa pun punya fungsi yang amat penting —membantu pembuangan racun di dalam tubuh.
Selain itu, tatkal berbuka, jumlah dan mutu asupan pun harus diperhatikan agar mudah dicerna. Agar stamina bisa kembali sempurna maka tidak ada salahnya membuka puasa dengan hidangan manis seperti yang disediakan di Kafe Mangga Dua Hotel Dusit Jakarta. Mau coba?
(sedap-sekejap.com/pr/pir)



Copyright © Sinar Harapan 2003